KOLOID
(DONAT)
Kelompok 1
Achmad Kurnia
Diana Rahayu
Jordan Cristian
Nickita
Cristiani
Rizal Julfahmi
Sabrina
Alfrianti
Sherly Apriyana
XII IPA 3
DINAS
PENDIDIKAN KOTA BANDUNG
SMA NEGERI 6
BANDUNG
Jalan
Pasirkaliki N0.51 Telp.6011309 Bandung 40172
TAHUN AJARAN
2013-2014
Puji syukur
kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini kami
buat untuk memenuhi nilai ujian praktek mata pelajaran KIMIA dan untuk menambah
wawasan tentang materi yang kami teliti, sehingga menimbulkan motivasi bagi
kami.
Sumber laporan kami
berasal dari buku-buku yang telah kami baca dan internet. Dalam
penulisan laporan ini banyak kendala yang kami temui namun kami
dapat melaluinya dan menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1) Allah SWT
2) Orang Tua
3) Ibu Kuswati, S.Pd selaku
pembimbing dan guru mata pelajaran Kimia
4) Kelompok 1
5) Teman-teman XII IPA 3
Kami mengakui bahwa kami
hanyalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna,
begitu pula dengan laporan ini yang telah kami selesaikan.
Maka dari itu seperti yang
telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan kekurangan, kami tentunya
sangat membutuhkan saran, petunjuk, maupun kritik dari pembaca yang budiman
sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki tugas kami di masa mendatang,
sehingga tugas yang selanjutnya dapat terselesaikan dengan hasil yang lebih
baik.
1. LANDASAN
TEORI
1.1 Pengertian
Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat
heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat
yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di
dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen
dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut
bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen.
Campuran homogen adalah
campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya
larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran
yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan
minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud
dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh
lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk
warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem
koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat
terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat
pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula
atau larutan garam.
Suspensi adalah campuran heterogen
yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang terdispersi
dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan
dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat,
campuran tersebut akan mengendap ke bawah.
Ciri – cirinya:
1. Larutan (Dispersi Molekuler)
a.
1 fase
b.
Jernih
c.
Homogen
d.
diameter partikel: <1 nm
e.
tidak dapat disaring
f.
tidak memisah jika didiamkan
2. Koloid (Dispersi Koloid)
a.
2
fase
b.
Keruh
c.
antara
homogen dengan heterogen
d.
diameter partikel: 1 nm<d<100 nm
e.
tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan
penyaring ultra
f.
tidak memisahkan jika didiamkan
3. Suspensi (Dispersi Kasar)
a.
2 fasekeruh
b.
Heterogen
c.
diameter partikel: >100 nm
d.
dapat disaring dengan kertas saring biasa
e.
memisah jika didiamkan
1.2 Jenis-Jenis
Koloid
Koloid merupakan suatu sistem
campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah waktu
tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil. Di dalam
larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
· Zat terdispersi, yakni zat yang
terlarut di dalam larutan koloid
· Zat pendispersi, yakni zat
pelarut di dalam larutan koloid
1.3 Macam-Macam
Koloid
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas
disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol
padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : asap dan debu dalam udara.
Contoh aerosol cair : kabut dan awan
Saat ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol seperti semprot
rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokarbon (
CFC ) dan karbon dioksida.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair
disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari
maupundalam industri.
Contoh sol : air sungai ( sol dari lempung dalam air ), sol sabun, sol
detergen, sol kanji, tinta tulis dan cat ( Keenan, 1984 )
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut
emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu tidak
saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi
minyak dalam air ( M / A ) atau emulsi air dalam minyak ( A / M ). Dalam
hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan
air.
Contoh emulsi minyak dalam air ( M / A ) : santan, susu dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak ( A / M ) : mayonaise, minyak bumi dan
minyak ikan. ( Keenan, 1984 )
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih.
Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih,
misalnya sabun, detergen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan
suatu gas kedalam zat cair yang mangandung pembuih. ( Keenan, 1984 )
5. Gel
Koloid yang setengah kaku ( antara padat dan cair ) disebut gel. Contoh
: agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silica. Gel dapat
terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium
dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.
1.4 Sifat-Sifat
Koloid
1. Efek
Tyndall
Pernah kita amati cahaya dihamburkan oleh partikel-partekil debu bila
seberkas cahaya matahari memasuki suatu kamar gelap, lewat pintu yang terbuka
sedikit atau lewat suatu celah. Partikel debu, banyak diantaranya terlalu kecil
untuk dilihat, akan nampak sebagai titik-titik terang dalam suatu berkas
cahaya. Bila partikel itu memang berukuran koloid, partikel itu sendiri tidak
nampak; yang terlihat ialah cahaya yang dihamburkan oleh mereka. Hamburan
cahaya itu disebut efek tyndall. Ini disebabkan oleh fakta bahwa partikel
kecil menghamburkan cahaya dalam segala arah.
Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan dispersi koloid dan suatu
larutan biasa, karena atom, molekul, ataupun muaatan yang berbeda dalam suatu
larutan tidak menghamburkan cahaya secara jelas dalam contoh-contoh yang
tebalnya tak seberapa. Penghamburan cahaya tyndall dapat menjelaskan betapa
buramnya dispersi koloid. Misalnya, meskipun baik minyak zaitun maupun air itu
tembus cahaya, dispersi koloid dari kedua zat ini nampak seperti susu.
2. Gerak
Brown
Jika suatu mikroskop optis difokuska pada suatu dispersi koloid pada
arah yang tegak lurus pada berkas cahaya dan dengan latar belakang gelap, akan
nampak partikel-partikel koloid, bukan sebagai partikel dengan batas yang
jelas, melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan mengikuti bintik-bintik
cahaya yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa partikel koloid yang
terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan yang
berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini
disebut gerakan brown, menurut nama seorang ahli botani Inggris, Robert Brown,
yang mempelajarinya dalam tahun 1827.
3. Adsorpsi
Materi dalam keadaan koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar.
Pada permukaan partikel terdapat gaya van der waals yang belum terimbangi atau
bahkan gaya valensi yang dapat menarik dan mengikat atom-atom (molekul-molekul)
dari zat asing. Adhesi zat-zat asing ini pada permukaan suatu partikel disebut
adsorpsi. Zat-zat teradsorpsi terikat dengan kuat dalam lapisan-lapisan yang
biasanya tebalnya tidak lebih dari satu atau dua molekul. Banyaknya zat asing
yang dapat diadsorpsi bergantung pada luasnya permukaan yang tersingkap. Meskipun
adsopsi merupakan suatu gejala umum dari zat padat, adsorpsi ini teristimewa
efisiensinya dengan materi koloid yang disebabkan oleh besarnya luas permukaan
itu. Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam berbagai proses, antara
lain sebagai berikut.
a. Pemutihan Gula Tebu
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui
tanah diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi
sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
b. Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif Norit didalam usus
norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun.
c. Penjernihan Air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau
aluminium sulfat. Didalam air, aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang
berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorpsi zat-zat
warna atau zat pencemar dalam air.
4. Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. apabila muatan
koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi
atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel
elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid. Apabila
arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis maka partikel
koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan
negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif
digumpalkan di katode.
Beberapa
contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:
1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (
lempung dalam air sungai
mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air)
2. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan
menambahkan tawas. Sol tanah liat
dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh Al3+ dari
tawas ( aluminium sulfat ).
4. Asap atau debu dari pabrik / industri dapat digumpalkan dengan
alat koagulasi
5. Koloid
Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi
lateks. Dilain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid
dapat distabilkan dengan mmenambahkan koloid lain yang disebut koloid
pelindung. Koloid pelindung akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga
tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh :
1. pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukkan kristal besar es atau
gula.
2. Cat dan tinta dapat bertahan karena menggunakan suatu koloidpelindung.
3. Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong
koloid pelindung.
6. Dialisis
Pemisahan muatan dari koloid dengan difusi lewat pori-pori suatu selaput
semipermeabel disebut dialisis. Pori-pori itu biasanya berdiameterkurang dari
10 Å dan membiarkan lewatnya molekul air dan muatan-muatan kecil. Selaput
hewani alamiah, kertas perkamen, selofan dan beberapa plastic sintetik
merupakan bahan selaput yang sesuai. Partikel-partikel yang melewati membran
agaknya berlaku demikian tidak sekedar berdasarkan difusi acak. Mereka
teradsorpsi pada permukaan membran dan bergerak dari letak ( site ) adsorben
yang satu ke yang lain pada waktu mereka bergerak melewati pori-pori itu. (
Oxtoby, 2001)
D. Larutan koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu :
1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel – partikel halus ( molekuler )
menjadi partikel yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan
melalui :
a. Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi
hidrolisis, reaksi reduksi oksidasi, atau reaksi subtitusi.
a. Hidrolisis : Merupakan
reaksi suatu zat dengan air
b. Reaksi Redoks : Merupakan reaksi
yang disertai perubahan biloks
c. Reaksi Subtitusi : Merupakan
reaksi penggantian
b. Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurutkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu
dengan jalan pendinginan atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu sol
koloid.
2. Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel –
partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil dapat dilakukan
secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik ( listrik busur
breding ).
a. Cara Mekanik
Dengan cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumpang atau
penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk
dengan medium dispersi.Contoh : Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk
belerang bersama – sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir ) kemudian
mencampur serbuk halus dengan air
b. Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah membuat koloid dari butir
– butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (
pemecahan ). Contoh : Agar – agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh
aseton, karet oleh bensin dan lain – lain. (Oxtoby, 2001)
2. HASIL
PENGAMATAN
Berdasarkan percobaan dalam
pembuatan donat kami dapat membuat hasil pengamatan yaitu :
· Adonan tepung yang mengembang
yang ada fermipannya pada adonan tersebutmerupakn proses fermentasi yang
menghasilkan gas karbondioksida dan alkohol. Gas karbondioksida itu dapat
berguna untuk mengembangkan donat, sedangkan alkohol dibiarkan menguap.
· Apabila adonan tersebut di
oven, maka donat akan lebih mengembang dan ukurannya membesar. Hal ini
dikarenakan gas karbondioksida akan mengembang jika temperaturnya tinggi.
3. DISKUSI
HASIL PERCOBAAN
Pembuatan donat merupakan
bentuk lain dari pemanfaatan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur ragi (Saccharomyces
sp). dalam proses fermentasi.Saccharomyces sp merubah
karbohidrat menjadi karbondiokasida dan alkohol,Saccharomyces sp juga
dapat memfermentasikan maltosa secara cepat. Karbondioksida merupakan gas yang
dapat dilepaskan ke udara bebas. Di dalam sebuah adonan, gas yang dihasilkan
dari proses fermentasi oleh Saccharomyces sp terjebak oleh
pekatnya adonan tersebut, sehingga gas tersebut tidak dapat dilepaskan ke udara
bebas. Gas yang dihasilkan dari proses fermentasi ini dimanfaatkan untuk
mengembangkan adonan. Dengan pemanasan pada oven dengan suhu tinggi gas akan
memuai, sehingga adonan akan tambah mengembang. Pemanasan juga berfungsi untuk
mematikan sel-sel ragi.
Proses fermentasi roti
dilakukan untuk menghasilkan potongan roti yang porus dan tekstur yang lembut.
Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas akibat proses fermentasi sangat
penting karena gas yang dihasilkan akan membentuk struktur seperti busa,
sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat berlangsung cepat pada saat baking.
Panas yang masuk ke dalam adonan akan menyebabkan gas dan uap air terdesak ke
luar dari adonan, sementara terjadi proses gelatinisasi pati sehinga terbentuk
struktur seperti busa.
Selain hal tersebut,
terbentunya alkohol dari proses fermentasi juga dapat meberikan aroma khas pada
adonan. Dengan demikian pemberian Saccharomyces sp dalam
pembuatan roti selain berperan dalam mengembangkan adonan juga dapat menambah
aroma, sehingga meningkatkan cita rasa konsumen.
Selama proses fermentasi
selain dihasilkan gas CO2 juga dihasilkan asam – asam organik yang menyebabkan
penurunan pH adonan. Karena tingginya kapasitas penyangga protein di dalam
adonan, maka tingkat keasaman dapat ditentukan dengan menentukan total asam
adonan. Dengan demikian pengukuran pH mutlak diperlukan dalam pengendalian
proses.
Proses fermentasi oleh
ragi juga berhubungan dengan aktifitas enzim yang terdapat pada ragi. Enzim
yang terdapat pada ragi adalah invertase, maltase dan zymase. Gula pasir atau
sukrosa tidak difermentasi langsung oleh ragi.
· Invertase mengubah sukrosa menjadi
invert sugar (glukosa dan fruktosa) yang difermentasi langsung oleh ragi.
Sukrosa dalam adonan akan diubah menjadi glukosa pada tahap mixing.
· Maltase mengubah matl sugar
atau maltosa yang ada pada malt syrup menjadi dekstrosa. Dekstrosa difermentasi
secara langsung oleh ragi.
· Zymase mengubah invert sugar
dan dekstrosa menjadi gas karbondioksida yang akan menyebabkan adonan
mengembang dan terbentuk alkohol. Enzim zymase merupakan biokatalis yang
digunakan dalam proses pembuatan roti. Kompleks enzim zymase ini dapat mengubah
glukosa dan fruktosa menjadi CO2 dan alkohol. Penambahan enzim zymase dilakukan
pada proses peragian pengembangan roti. Ragi ditambahkan kedalam adonan roti
sehingga glukosa dakan adonan akan terurai menjadi etil alkohol dan karbon
dioksida. Proses penguraian ini berlangsung dengan bantuan enzim zymase yang
dihasilkan oleh ragi. Berikut ini reaksi penguraian yan terjadi akibat adanya
penambahan enzim zymase dalam adonan roti.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan
yang kami lakukan, dapat kami simpulkan bahwa fermentasi menggunakan fermipan
pada donat, menghasilkan gas karbondioksida dan alkohol. Gas tersebut yang
menyebabkan adonan donat menjadi ngembang.
5. DAFTAR
PUSTAKA
·
http://jend3la-sains.blogspot.com/2012/05/koloid-pada
roti.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar